Detail literasi:
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dinilai paling efektif dan strategis untuk menyiapkan sumber daya insani bermutu dan menjadi generasi masa depan yang gemilang. Hal ini disadari karena di dalam sekolah berlangsung tiga proses transfer sekaligus, yaitu transfer pengetahuan (transfer of knowledge), transfer keterampilan dan kemampuan (transfer of competence), dan transfer nilai-nilai (transfer of values). Transfer pengetahuan menghasilkan pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Transfer keterampilan menghasilkan pribadi yang mempunyai kecakapan dan keahlian. Transfer nilai menghasilkan pribadi yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Ketiga proses transfer ini sama-sama penting, karena itu di dalam proses pendidikan ketiganya harus dikembangkan dan dikuatkan.
Di dalam konteks pendidikan transfer of values menjadi sangat penting, bahkan yang paling penting. Hal ini karena nilai-nilai keutamaan yang ditransfer dan ditanamkan kepada warga sekolah bisa menjadi dasar dan landasan yang kuat untuk terlaksananya transfer of knowledge dan transfer of competence secara baik dan bermakna. Salah satu nilai yang sangat penting untuk dijaga dan diperjuangkan di dalam sekolah adalah kejujuran.
Kejujuran di dalam Bahasa Arab disebut ash-shidqu. Ash-shidqu berarti kebenaran atau kejujuran, menunjuk pada kesesuaian antara yang ada di hati (niat) dengan yang diucapkan dan dilakukan. Oleh karena kejujuran adalah nilai yang sangat penting di dalam sekolah, maka perlu dijaga dan diperjuangkan oleh siapa saja yang ada di sekolah itu dengan sungguh-sungguh. Menjaga kejujuran berarti meluruskan hati (niat) yang diorientasikan untuk mengharap ridla Allah Swt., yang dibuktikan dengan berkata yang benar dan tidak berbohong. Tidak melakukan kecurangan, selalu menepati janji, menjalankan amanah atau kepercayaan dengan penuh tanggung jawab, serta mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku di sekolah.
Islam Menekankan Kejujuran
Di dalam ajaran Islam terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan hadits Nabi yang menekankan pentingnya menjaga dan memperjuangkan kejujuran. Islam memerintahkan untuk berkata yang benar atau jujur. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar/jujur,” (QS. Al-Ahzab: 70). Sebagai ikhtiar untuk menjaga kejujuran, maka Islam memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk senantiasa berada dalam lingkaran orang-orang yang jujur. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang benar/jujur,” (QS. At-Taubah: 119).
Di dalam praktik kehidupan sehari-hari, seseorang kadang tidak bisa jujur dan akhirnya melakukan kebohongan/kedustaan. Ketika seseorang itu melakukan kebohongan/kedustaan, maka orang itu sedang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah, “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong,” (QS. An-Nahl:105).
Di dalam hadis Nabi ditegaskan bahwa perkataan bohong/berdusta manjadi ciri orang munafiq. Sebagaimana sabda Nabi Saw, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu: jika dia berbicara dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya, dan jika dia dipercaya maka dia berkhianat,” (HR. Bukhari).
Selain memerintahkan untuk menjaga kejujuran, Islam sekaligus mengajarkan untuk menghindarkan diri dari kebohongan/kedustaan. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, “Kalian wajib berlaku jujur. Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebajikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan kepada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan selalu berusaha untuk jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai shiddiiq (orang yang sangat jujur). Kalian harus menjauhi kedustaan. Sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan kepada perbuatan dosa dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan kepada neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berusaha untuk berdusta, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai kadzdzaab (pendusta),” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menjaga dan Memperjuangkan Kejujuran di Sekolah
Di dalam sekolah berlangsung berbagai proses yang kompleks dan dinamis. Proses yang kompleks dan dinamis itu terdiri dari enam tahapan, yaitu (1) Branding, kerjasama, publikasi dan pemasaran; (2) Penerimaan peserta didik baru dengan berbagai tawaran program dan jalur pendaftaran; (3) Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, pembimbingan, pelatihan, pelayanan di bidang akademik dan non akademik, dan pengabdian masyarakat; (4) Pengembangan sarana dan prasarana serta keuangan; (5) Implementasi sistem informasi dan penjaminan mutu; (6) Keikutsertaan dalam berbagai olimpiade, kompetisi, dan pemeringkatan sekolah.
Semua proses di atas harus dijalankan dengan penuh kejujuran oleh siapa saja yang terlibat. Mulai dari pimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan pihak lain yang terlibat dalam proses pendidikan. Jika semuanya bisa menjalankan dengan jujur dan menjaganya untuk terus jujur, maka akan lahir kepercayaan dari semua pihak. Baik yang ada di dalam maupun di luar sekolah. Berkat adanya kepercayaan dari semua pihak itu akhirnya menambah kekuatan yang besar bagi sekolah.
Sebaliknya jika ada pihak-pihak di dalam sekolah itu yang tidak jujur, maka akan menimbuklan ketidakpercayaan terhadap pihak yang tidak jujur itu. Akhirnya juga bisa berimbas pada ketidakpercayaan terhadap sekolah. Oleh karena itu kejujuran di sekolah perlu selalu dijaga dan diperjuangkan oleh setiap warga sekolah.
Bagaimana menjaga dan memperjuangkan kejujuran di sekolah? Agar kejujuran di sekolah bisa terwujud dengan tegak, maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, baik secara kelembagaan maupun secara personal. Secara kelembagaan beberapa Langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga dan memperjuangkan kejujuran di sekolah adalah: (1) Merumuskan nilai-nilai utama (kejujuran) yang perlu dijalankan oleh pimpinan, guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik di sekolah; (2) Menyusun seperangkat aturan atau ketentuan yang mendukung terwujudnya kejujuran di sekolah; (3) Melakukan sosialisasi dan penguatan nilai-nilai kejujuran dan seperangkat aturan atau ketentuan yang mendukung terwujudnya kejujuran di sekolah di sekolah melalui poster, flayer, penulisan di web sekolah, dan berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah. Misalnya briefing pagi, rapat dinas, pengajian, dan Baitul Arqam dan Darul Arqam; (4) Membangun sistem yang mengikat semua warga untuk tegaknya kejujuran di sekolah; (5) Melakukan pengukuran secara periodik tentang tingkat kejujuran di sekolah. Baik secara kelembagaan sekolah maupun secara personal warga sekolah; (6) Memberikan penghargaan (reward) bagi warga sekolah yang berjuang menjaga dan memperjuangkan kejujuran serta memberikan hukuman (punishment) bagi yang melakukan kebohongan/kedustaan sesuai dengan tingkatannya.
Sebagai ikhtiar untuk menjaga dan memperjuangkan kejujuran secara personal ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh masing-masing warga sekolah, antara lain: (1) Menguatkan niat di dalam hati untuk bersikap dan berlaku jujur dan menjaga kejujuran itu; (2) Memahami konsekwensi yang akan terjadi pada diri sendiri maupun lembaga, jika melakukan ketidakjujuran, (3) Saling mengingatkan dan menasehati akan pentingnya menjaga dan memperjuangkan kejujuran; (4) Menjalankan amanah dan kepercayaan yang diterima di sekolah dengan sepenuh hati; dan (5) Membiasakan diri bersama-sama dengan orang yang jujur.