Growth Mindset untuk Guru Masa Kini

Suwidiyanti, M.Pd. | 17 Oktober 2025

Detail literasi:

Pagi itu, langit Malang menyapa lembut, membawa kesejukan yang menenangkan jiwa. Di tengan riuhnya dunia pendidikan yang terus berputar, sekelompok guru dari berbagai daerah melangkah dengan hati yang sama—semangat untuk tumbuh. Mereka datang bukan sekadar untuk menimba ilmu strategi mengajar baru, melainkan untuk menemukan kembali makna sejati menjadi guru di tengah arus zaman yang bergerak begitu cepat. Melesat tanpa jeda.

 

Guru masa kini memiliki peluang untuk terus berkembang. Mereka tidak hanya ditantang untuk hanya cakap mengajar, tetapi juga diajak lentur dalam berpikir dan terbuka terhadap pembelajaran baru. Seiring perubahan dunia dan karakter murid yang kian dinamis, guru pun harus tumbuh menjadi pembelajar sejati. Inilah makna growth mindset — keyakinan bahwa setiap kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha, refleksi, dan semangat belajar tanpa henti.

 

Pelatihan Growth Mindset ini menjadi momen yang sangat berharga untuk menyalakan kembali semangat belajar para pendidik. Bukan sekadar berbicara teori tentang belajar, melainkan tentang keberanian untuk menatap diri sendiri di cermin dan bertanya, “Apakah saya masih bertumbuh?”

 

Sesi demi sesi berlangsung penuh makna. Susvi Tantoro SSos MA dari Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) membuka kegiatan dengan hangat melalui materi tentang strategi mengajar berbasis tantangan dan pola pikir bertumbuh. Tutur beliau yang lembut namun tegas menyampaikan pesan mendalam, “Setiap guru bisa berkembang, bukan karena sudah hebat, tetapi karena mau terus belajar.” Kalimat sederhana itu terus mengetuk dalam hati, seolah membuka pintu kesadaran bahwa proses menjadi guru sejati tak pernah berhenti pada titik cukup.

Tampil berikutnya, fasilitator Dr Radian Sri Rama SE Ak MSA menuntun peserta memahami menumbuhkan growth mindset dalam praktik pembelajaran. Di tengah sesi beliau, terjadi momen yang begitu membekas di hati: seorang guru muda meneteskan air mata sambil berucap lirih, “Saya merasa tidak cukup… saya takut tidak bisa seperti yang lain.”

Ruangan seketika hening. Namun dalam keheningan itu, kejujuran hadir, dan di sanalah titik tumbuh bermula. Seperti yang disampaikan Dr Radian, “Ketika guru berani jujur pada dirinya sendiri, di situlah pertumbuhan sejati dimulai.” Air mata yang menetes bukan tanda lemah, tetapi awal dari kekuatan baru, kekuatan untuk memperbaiki diri.

Dari pelatihan itu, lahir kisah yang menggugah hati. Saya berjumpa dengan seorang guru dari sekolah swasta di Pamekasan — sekolah yang sepenuhnya gratis bagi muridnya. Namun di balik kemuliaan itu tersimpan kenyataan yang menggetarkan nurani: para guru di sana hanya menerima honor sekitar Rp500.000 per bulan, bersumber dari dana BOS yang terbatas.

Sebagian orang mungkin akan bertanya, “Mengapa mereka tetap bertahan?” Jawabannya sederhana namun dalam: karena mereka memiliki growth mindset sejati. Mereka tidak berhenti memberi meski tak banyak yang bisa mereka dapatkan. Mereka mengajar bukan karena dunia memberi penghargaan, tapi karena hati mereka tidak bisa berhenti untuk berbuat baik.

Kisah itu menyadarkan kita bahwa growth mindset bukan hanya tentang semangat mencapai kesuksesan, tetapi tentang ketulusan untuk terus berjuang dalam keterbatasan. Tentang keyakinan bahwa setiap usaha kecil, setiap doa lirih, dan setiap langkah sabar di jalan pendidikan tidak pernah sia-sia.

Pelatihan ini akhirnya menjadi lebih dari sekadar kegiatan pengembangan kompetensi. Ia menjelma menjadi ruang refleksi, tempat para guru belajar untuk berdamai dengan diri sendiri, berani gagal, dan terus mencoba. Di sana, kami tidak hanya belajar tentang pedagogik, tetapi juga tentang makna keikhlasan dalam mengabdi.

Mungkin inilah pesan terindah yang kami bawa pulang dari pelatihan di Malang:

“Tumbuh bukan berarti selalu naik ke atas, tetapi tetap hidup, tetap berjuang, dan tetap memberi, bahkan di tengah keterbatasan.”

Saya menutup hari itu dengan satu doa kecil:

“Semoga setiap guru yang pernah merasa lelah, takut, atau tidak cukup, selalu diingatkan bahwa Allah melihat setiap niat baik, setiap usaha kecil, dan setiap langkah yang dilakukan dengan tulus  meski tak disorot kamera, tetapi pasti dicatat di langit”.

Karena pada akhirnya, growth mindset bukan hanya tentang menjadi guru yang lebih hebat, tetapi tentang menjadi manusia yang terus tumbuh dalam kebaikan.

Lampiran pdf:

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo