Detail Berita:
SMAMDA.SCH.ID – Suasana Auditorium Dian, lantai 7 Universitas Ciputra Surabaya, bergemuruh oleh harmoni suara dan orkestra dalam Konser Kolaborasi Cantus Euforia 2025, Ahad (19/10/2025). Sebanyak delapan paduan suara dari berbagai sekolah dan universitas di Surabaya tampil memukau bersama satu orkestra, Pusat Olah Seni Surabaya (POSS) Orkestra. Salah satu yang mencuri perhatian adalah penampilan penuh energi dari Smamda Voice, paduan suara kebanggaan SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo.
Konser ini berawal dari gagasan Adhifaricho Putra Hardana, pelatih paduan suara SMA Hang Tuah 1 dan SMAN 4 Surabaya, serta Bintang Artsena Jendraningrat, pelatih SMAN 1 Waru. Ide tersebut kemudian berkembang menjadi ajang besar yang mempertemukan berbagai kelompok paduan suara dalam satu panggung kolaborasi.
“Gagasan Cantus Euforia ini sebenarnya sederhana: bagaimana para pelatih dan anggota paduan suara dari berbagai sekolah bisa saling belajar dan berkarya bersama dalam satu harmoni besar,” ujar Juliarto Joedi Wahjono, pembina sekaligus conductor Smamda Voice, yang juga menjadi salah satu conductor utama dalam konser tersebut.
Sebagai pembina, Juliarto menuturkan bahwa Smamda Voice hanya memiliki waktu latihan terbatas usai mengikuti Bali International Choir Festival 2025. “Kami hanya bisa latihan setiap Sabtu setelah kegiatan ekstrakurikuler. Bahkan sering kali tidak penuh, karena anak-anak juga punya kesibukan akademik dan kegiatan lain. Tapi semangat mereka luar biasa,” ungkapnya bangga.
Smamda Voice menampilkan dua lagu khas daerah Indonesia, yaitu “Bungong Jeumpa” (aransemen Amillio Fahlevi) dan “Kerrabhan Sape” (aransemen Juliarto Joedi Wahjono). Meskipun formasi hanya 34 murid, penampilan mereka tetap memukau dengan perpaduan vokal dan koreografi yang solid.
“Saya ingin anak-anak tidak sekadar menyanyi, tapi benar-benar menjiwai pesan dari setiap lagu yang dibawakan. ‘Bungong Jeumpa’ melambangkan keindahan dan kebanggaan daerah, sementara ‘Kerrabhan Sape’ adalah wujud kecintaan pada budaya lokal.” tambah Juliarto.
Selain penampilan individu setiap paduan suara, konser ini juga menampilkan empat lagu kolaboratif yang diiringi langsung oleh POSS Orkestra, yaitu:
• Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Marzuki (Conductor: Adhifaricho)
• Tanah Airku ciptaan Ibu Sud (Conductor: Juliarto Joedi Wahjono)
• Merah Putih ciptaan Gombloh (Conductor: Adhifaricho)
• Terbuang Dalam Waktu ciptaan Barasuara (Conductor: Bintang Artsena)
Lagu “Tanah Airku”, yang dipimpin langsung oleh Juliarto Joedi Wahjono, menjadi salah satu momen paling menggetarkan. Suara 200 penyanyi berpadu dengan orkestra membentuk harmoni megah yang membuat penonton terpaku.
“Saat semua suara bergabung dan menyanyikan ‘Tanah Airku’, saya merinding. Ada rasa haru dan bangga yang tak bisa dijelaskan. Musik menjadi bahasa yang menyatukan kami semua,” tuturnya penuh emosi.
Sambutan Luar Biasa
Konser ini mendapat sambutan luar biasa dari penonton. Tiket terbagi dalam dua kategori—gold dan silver—dan seluruhnya terjual habis. Sistem pembelian dilakukan secara daring, dan saat memasuki gedung, penonton cukup menunjukkan bukti digital melalui ponsel yang diverifikasi oleh panitia.
Seluruh proses produksi konser, mulai dari kepanitiaan, promosi, hingga manajemen panggung, dikelola oleh murid dan mahamurid yang terlibat. “Itu yang membuat acara ini istimewa. Bukan hanya soal musikalitas, tapi juga soal kolaborasi lintas generasi dan tanggung jawab sebagai pelaku seni muda,” ujar Juliarto.
Di penghujung acara, seluruh paduan suara, orkestra, dan sebagian penonton larut dalam euforia bersama, menyanyikan lagu Tabola Bale. Momen itu menjadi penutup yang sempurna bagi konser yang penuh semangat dan kehangatan.
“Saya bangga sekali dengan anak-anak Smamda Voice. Mereka menunjukkan bahwa seni bukan hanya tentang suara indah, tapi tentang kerja keras, disiplin, dan cinta terhadap budaya Indonesia,” pungkas Juliarto dengan senyum puas.
Cantus Euforia 2025 bukan sekadar konser, melainkan sebuah perayaan kolaborasi, kreativitas, dan semangat muda yang membuktikan bahwa harmoni bisa lahir dari perbedaan.
Editor : Mauludi Muhammad Falaakhy