Detail Berita:
Parenting SMAMDA Sidoarjo kembali digelar secara virtual pada Sabtu, 26 September 2020, untuk wali siswa kelas XII. Kegiatan ini juga sudah pernah diadakan sebelumnya secara virtual juga. Pada 25 Juli 2020 yang lalu, parenting ini sekaligus sebagai forum taaruf wali siswa (FORTAWA), yaitu perkenalan dan interaksi pertama sekolah dan wali siswa baru kelas X. Masih dengan narasumber yang sama, Dr. Hera Wahyuni, M.Psi., Psikolog, mengupas tentang pendampingan orang tua kepada anak dalam belajar di masa pandemi.
Kepala Sekolah, Wigatiningsih, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa masa pandemi ini sepertinya Allah mengingatkan kepada orang tua untuk lebih maksimal dalam mendampingi anak-anaknya belajar. Apalagi sesungguhnya, orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Wigati juga menyampaikan bahwa berbagai masalah timbul dari pembelajaran di masa pandemi. Masalah-masalahnya seperti koneksi internet yang tidak selalu bagus, keterbatasan kuota internet, kemampuan orang tua yang tidak sebanding dengan anak-anak sebagai generasi milenial, kendala waktu orang tua dan masih banyak yang lainnya. Diharapkan melalui kegiatan ini, sekolah dan orang tua memperoleh pencerahan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
Dr. Hera, narasumber, yang juga pernah mengabdi di SMAMDA Sidoarjo ini, banyak mengupas solusi tentang masalah-masalah yang timbul pada anak di masa pandemi dan persiapan studi lanjut ke perguruan tinggi. Adapun materi yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi dapat ditangani oleh orang tuanya melalui proses “amati-dengarkan-lakukan-hubungkan”.
Proses mengamati berarti orang tua mengenali kebutuhan anak. Bila sudah mengetahuinya, orang tua dapat memenuhinya. Misalnya dengan menciptakan kondisi nyaman saat belajar dan kondisi aman pada perangkat digital yang dipakai anak. Dari proses ini, orang tua pun dapat mengetahui permasalahan anak.
Setelah mengamati, orang tua hendaknya menjadi pendengar yang baik bagi anak-anaknya. Dengarkan perasaan anak yang diungkapkannya dan simak penjelasannya. Orang tua tidak boleh berhenti sampai di sini, tapi responlah cerita mereka. Ketika merespon itulah, orang tua dapat memberi pengetahuan dan pengertian terhadap masalah-masalah yang dialami.
Selanjutnya orang tua dapat melakukan aktivitas bermakna untuk mengurangi situasi sulit yang terjadi. Aktivitas hendaknya dilakukan bersama anak-anak. Misalnya, aktivitas berkebun, memasak, membersihkan rumah, bermain game, dan sebagainya. Manfaat positif dari aktivitas bersama ini tak lain adalah untuk memberi contoh keteladanan perilaku baik dan melatihnya, tidak sebatas hanya di masa pandemi saja tetapi diharapkan akan berkelanjutan di masa depan anak-anak.
Namun tak jarang orang tua mengalami kesulitan juga dalam beberapa proses tersebut. Untuk memudahkan, orang tua dapat menghubungi berbagai pihak yang dinilai dapat memberikan solusi. Contohnya, bila masalah anak berkaitan dengan pembelajaran, orang tua dapat berkolaborasi dengan guru dan sekolah, masalah kesehatan jiwa anak, orang tua bisa minta bantuan psikolog, dan sebagainya.
Dr. Hera menutup paparan materinya dengan hal positif yang diperoleh anak di masa pandemi ini, selain masalah-masalah kesulitan. Anak akan memiliki ketrampilan virtual yang menjadi kebiasaan baik. Pertama, anak terampil berpikir kritis. Hal ini disebabkan anak-anak terbiasa memecahkan masalahnya sendiri, tatkala orang tuanya memberikan kesempatan padanya saat itu. Kedua, anak mampu berkomunikasi secara tertulis. Anak terlatih berkomunikasi dengan orang lain secara virtual yang memang didominasi cara berkomunikasi dengan teks. Selanjutnya, ketiga, anak menjadi kreatif. Di masa pandemi, orang tua mengarahkannya untuk melakukan berbagai aktivitas bermakna. Hal ini mampu menggugah kreativitas anak tentunya. Ketrampilan virtual berikutnya, anak mampu berkolaborasi dengan siapa pun dan berkarakter baik (Agustin Smamda).