KRISIS RINDU ANTARA SISWA DAN GURU

Alfi Faridian, M.Pd. | 19 September 2021

Detail literasi:

 KRISIS RINDU ANTARA SISWA DAN GURU

Alfi Faridian, M.Pd. Guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

 

Kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung. Banyak hal baru yang terjadi. Terutama di daerah zona merah, termasuk tempat saya bertugas. Berharap jumpa dengan para murid, ternyata hanya isapan jempol. Namun akhirnya kami bisa berpelukan dari layar gawai masing-masing. Memang segalanya telah berubah, namun tak menutup semangat kami untuk memulai belajar lagi.


Ketika upacara pembukaan tahun ajaran baru dimulai, ada yang beda. Tapi semua itu segera saya tepiskan. Mengingat keselamatan dan kesehatan murid lebih utama. Terlihat di layar senyum merekah dari wajah generasi bangsa. Seakan ada krisis rindu di antara kami. Entah karena sudah terlalu lama tidak bersua. Itulah yang membuat saya tertantang untuk memerdekakan cara belajar mereka. Tak sepatutnya guru hanya transfer tugas, dengan dalih kurikulum harus tuntas.

Murid sudah bosan di rumah. Guru mulai mengeluh. Maka kreatif dan inovatif sangat diperlukan. Desain pembelajaran harus lebih menarik dan menantang, agar murid bisa mengaplikasikan dalam kehidupannya. Selain itu pentingnya memanusiakan hubungan antara guru, murid, dan orang tua. Jika hal tersebut berkolaborasi dengan baik, maka awal pembelajaran akan menjadi pijakan kuat untuk meraih keberhasilan.

Sempat buntu kreativitas, apa yang harus saya lakukan ketika mengawali pertemuan daring. Sontak teringat bahwa saya harus tahu dulu siapa murid saya. Maka segera kubuatkan formulir melalui salah satu aplikasi. Beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab, termasuk opini mereka tentang pembelajaran jarak jauh yang akan saya berlakukan. Selain itu yang tak kalah penting, saya cantumkan pertanyaan metode guru yang diinginkan. Semua itu akan mengawali ketika saya merancang sebuah kegiatan pembelajaran.

Terharu membaca jawaban mereka. Penyataan-pernyataan di luar dugaan saya. Dari kebebasan mereka mendeskripsikan perasaannya membuat hati berontak, untuk segera memeluk mereka. Sejatinya mereka ingin peran guru tak akan digantikan dengan apapun termasuk kecerdasan buatan, yang selama ini menghalangi mereka berjumpa dengan sang guru. Namun segera kuberi pemahaman bahwa semua akan baik-baik saja, dan selalu ada komunikasi di antara kami. Strategi lima M jurus jitu yang saya lakukan ketika saya merancang kegiatan pembelajaran. Memanusiakan hubungan penting sekali dilakukan. Maka saya bangun komunikasi secara intens baik bersama orang tua maupun murid. Dengan begitu saya bisa menyesuaikan rancangan materi yang dibutuhkan murid. Ketika kerjasama dilakukan, alhasil antara pembelajara bisa dilakukan dengan baik. Semua tetap berpihak pada murid.

Memahami konsep. Ketika saya mengajarkan materi tentang Surat Lamaran Pekerjaan, konsep harus pahami. Bagaimana Surat Lamaran Pekerjaan yang baik dan benar. Apakah bermanfaat  bagi murid? Guru tidak sekadar menuntaskan kurikulum saja. Dengan begitu guru lebih bisa mendesain PJJ lebih menarik.

Memberdayakan konteks dan membangun keberlanjutan. Sebagai guru, dua hal tersebut harus disertakan di setiap pembelajaran. Mengetahui kondisi siswa dan orang tua sangat diperlukan untuk menerapkan ini. Bagaimana materi yang akan disampaikan agar bisa mengubah situasi berpikir murid. Guru harus mengemas PJJ hingga murid mendapatkan manfaat dari kegiatan belajarnya. Dari cara guru menyampaikan materi, murid tersanjung untuk bisa menulis Surat Lamaran Pekerjaan, di kemudian hari.

Yang terakhir M ke lima, yaitu memilih tantangan. Setelah memahami profil murid, Saya harus selektif dalam memilih tantangan. Karena berpihak pada murid, maka harus disesuaikan dengan keadaan murid. Murid kita beragam, hobinya pun beragam. Demikian juga mereka punya potensi yang beragam pula. Maka tidak tepat, jika tantangan kita samakan. Murid akan berkeluh, akhirnya enggan melakukan tantangan. Namun jika tantangan itu kita sesuaikan dengan kondisi murid, mereka akan berlomba menyelesaikan tantangan dengan gembira.

Begitulah rancangan yang saya lakukan saat mengawali PJJ di ajaran baru ini. Saya berharap bisa mengobati krisis rindu kami. Di akhir kegiatan, tak lupa saya ajak mereka berrefleksi. Saya sangat bersyukur ternyata apa yang saya rancang bisa diterima dengan baik oleh mereka. Walaupun kami terpisah jarak dan ruang, kami bisa melampaui itu. Ini bisa dilakukan oleh siapa pun. Termasuk Sahabat-sahabat guru semua.Yang pasti peran guru tak akan bisa digantikan oleh apa pun termasuk kecerdasan buatan, yaitu kecanggihan teknologi.


Profil Penulis.

Alfi Faridian, yang lahir di Sidoarjo 8 September 1970 masih terus belajar menulis. Keluarga salah satu semangat untuk terus menulis, karena merekalah sumber inspirasi sejati. Entah kapan hobi itu terpupuk, yang pasti bermula menulis buku harian di masa remaja saat itu. Kini di waktu luang selalu disempatkan untuk menulis. Hingga tergabung di beberapa komunitas tetap saja berkomitmen untuk menulis. Sahabat guru yang mau singgah bisa tahu alamat tinggalnya tepat di Jalan H. Syukur No 6C Sedati Gede Sedati Sidoarjo. Dekat dengan Bandar Udara Juanda. Masih penasaran dengan bu Alfi, bisa gabung di FB Alfifaridian, IG @Alfi_Dian8970, WA 0814550359790, surel alfi.faridian.smamda@gmail.com

 

 

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo