Guru Penggerak Sejati Berpihak pada Murid

Alfi Faridian, M.Pd. | 19 September 2021

Detail literasi:

Guru Penggerak Sejati Berpihak pada Murid

Oleh Alfi Faridian, M.Pd.

Guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

 

Kata penggerak sedang naik daun. Sejumlah media sosial, masih menyajikan berita tentang organisasi penggerak. Program yang diluncurkan Kemendikbud mengundang banyak kontroversi. Baik tentang ketimpangan atau sisi positifnya. Memang, niat baik tidak selalu mendapat sambutan baik pula. Bergantung cara pandang seseorang dalam menyikapinya. Hal itulah yang mendorong penulis beropini tentang sejatinya guru penggerak. Jika dikaitkan antara penggerak dengan kata guru memiliki esensi tersendiri. Yaitu guru yang bisa mendorong dirinya sendiri maupun orang lain.

Guru penggerak mampu menggerakkan guru di lingkungannya untuk terus belajar. Tidak harus menunggu kebutuhan, namun memang seharusnya guru terus belajar. Janganlah kita sebagai guru merasa aman di zona nyaman. Menghadapi tantangan zaman guru terus belajar dan belajar. Belajar bisa dilakukan secara mandiri, komitmen, dan selalu merefleksi untuk memperbaiki kekurangan yang sudah diketahui.

Bagaimana Pembelajar harus bergerak? Hal inilah yang harus terus dilakukan. Sejatinya guru penggerak harus berpihak pada murid. Apalagi masa pandemik, dan pemerintah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh. Jika guru tak mau bergerak bagaimana yang terjadi pada murid-muridnya? Maka semua guru saatnya saling menggerakkan. Tidak hanya dalam penguasaan materi namun juga bagaimana penyampaiannya kepada murid-murid.

Pada praktiknya, untuk bisa menjadi guru penggerak dimulai dari menggerakkan diri sendiri. Saat pembelajaran berlangsung, utamakan memanusiakan hubungan. Penting sekali dilakukan di masa kini. Guru harus mengetahui kondisi murid. Maka harus dibangun komunikasi secara intens baik dengan orang tua maupun murid itu sendiri. Tanpa itu, pembelajaran terasa pincang. Alhasil antara guru dan orang tua bisa bekerja sama dalam melakukan pembelajaran. Semua itu berpihak pada murid.

Memahami konsep, guru penggerak harus memahami itu. Sebelum melakukan pembelajaran, guru harus matang konsep yang akan diajarkan ke murid. Apa manfaat konsep tersebut bagi murid? Mereka merasa membutuhkan materi yang diajarkan guru. Guru tidak sekadar menuntaskan kurikulum saja. Dengan itu otomatis guru lebih bisa mendesain PJJ lebih menarik.

Memberdayakan konteks dan membangun keberlanjutan. Sebagai guru yang bergerak, dua hal tersebut harus disertakan di setiap pembelajarannya. Mengetahui kondisi siswa dan orang tua sangat diperlukan untuk menerapkan ini. Bagaimana materi yang akan disampaikan agar bisa mengubah situasi berpikir murid. Semisal, kita mengajarkan materi menulis puisi. Guru harus mengemas PJJ hingga murid mendapatkan manfaat dari kegiatan belajarnya. Dari cara guru menyampaikan materi, murid tersanjung untuk menjadi penulis dan sebagainya.

Yang terakhir M ke lima, yaitu memilih tantangan. Guru penggerak harus selektif dalam memilih tantangan untuk muridnya. Tentu juga harus disesuaikan keadaan murid. Murid kita beragam, hobinya pun beragam. Demikian juga mereka punya potensi yang beragam pula. Maka tidak tepat, jika tantangan kita samakan. Murid akan berkeluh, akhirnya enggan melakukan tantangan. Namun jika tantangan itu kita sesuaikan dengan kondisi murid, mereka akan berlomba menyelesaikan tantangan dengan gembira.

Begitulah guru penggerak yang sejati. Jika kita sudah menggerakkan diri sendiri, maka level kita meningkat. Saatnya kita menggerakkan guru sejawat, begitu seterusnya. Saatnya kita saling menggerakkan antara guru dengan guru lain. Hal tersebut akan menjadikan murid belajar sesuai zamannya. Yang pasti pendidikan di Indonesia lebih berkompeten.

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo