Detail literasi:
BERBAGI DI MASA PANDEMI ITU, INDAH
Alfi Faridian, M.Pd. guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
Berbagi itu indah. Munculnya pandemi yang membuncahkan dunia pendidikan, guru ditantang untuk lebih inovatif. Salah satunya merancang pembelajaran jarak jauh. Tidak semua guru siap menghadapi masalah ini. Maka penting sekali berbagi tips, metode, dari guru untuk guru. Agar murid tetap melakukan aktivitas belajar bersama orang tua dan guru.
Kegiatan pembelajaran jarak jauh ini, guru sangat diuntungkan oleh kemajuan teknologi. Banyak fasilitas yang dapat digunakan. Mulai aplikasi Google Classroom sampai Zoom. Diskusi melalui WA, Line, Telegram, semua tersedia di dunia maya. Tinggal bagaimana kreativitas sang guru menggunakannya.
Di era revolusi 4.0, perkembangan teknologi makin modern. Segala kegiatan bisa terbantu dengan kecanggihannya. Maka sebagai guru, kita harus mengikuti perkembangan tersebut. Salah satu di antaranya kita bisa memanfaatkan teknologi untuk media pembelajaran. Apalagi Covid-19 yang tak kunjung berhenti menelan korban. Harapannya sangat sederhana, agar murid Indonesia tetap belajar.
Kadang kala kita berpikir, bagaimana cara menggunakan aplikasi-aplikasi yang tersedia dan siap membantu guru. Sahabat guru bisa mengakses kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh beberapa komunitas yaitu PGRI, IGI, KGB, dan sebagainya. Dengan bekerja bersama, kita bahu-membahu menularkan ilmu. Saling memberi, saling Share. Maka tidak ada kata sulit untuk menggunakan fasilitas teknologi. Asal ada niat dalam diri sang guru.
Selain fasilitas media, belajar bersama komunitas - komunitas sangat membantu. Sekali lagi ini tantangan bagi guru, apakah merasa di zona nyaman dengan ilmu yang ada, atau terus ingin belajar. Sementara perkembangan zaman menuntut guru mengetahui segalanya. Nah, inilah sebuah hikmah yang bisa kita rasakan di saat wabah masih menggejala. Jika guru tidak segera bergerak, apa yang akan terjadi di dunia pendidikan ini. Berhenti atau terpuruk? Itu semua bergantung dari kita sebagai guru. Maka janganlah puas pada zona yang ada, belajar dan terus belajar.
Satu hal telah menggelitik pikiran saya tentang pembelajaran jarak jauh dari salah satu komunitas. Mereka menerapkan strategi 5 M untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Yaitu Memanusiakan hubungan, Memahami konsep, Membangun keberlanjutan, Memiliki tantangan, dan Memberdayakan konteks. Di sinilah esensinya. Namun yang terjadi, banyak guru mengajak murid melakukan diskusi melalui aplikasi Zoom, padahal tidak semua murid siap dengan fasilitas tersebut. Ketika merujuk strategi 5M, apakah guru sudah memanusiakan hubungan dengan murid dan wali murid? Ini PR kita di masa pandemi.
Guru, orang tua, dan murid harus bergandeng tangan untuk tetap belajar. Saling memahami keadaan, untuk melawan virus agar segera meredah. Hampir dua bulan semua kegiatan dilakukan di rumah. Ketika bosan melanda, bagaimana guru mendesain kegiatan tetap menyenangkan. Di sinilah saatnya ide-ide dituangkan dalam tulisan. Dan siap dibagikan.
Suatu ketika, untuk menghilangkan kejenuhan, saya ajak murid-murid untuk bermain “Tik Tok”. Permainan ini sedang marak dan digemari remaja bahkan orang tua. Tetap dalam koridor tema pendidikan. Di rumah, masing-masing murid melibatkan anggota keluarga membuat video Tik Tok tentang Jaga Jarak. Hasilnya sungguh luar biasa. Menarik dan inovatif. Membuyarkan kejenuhan.
Satu lagi yang seru – seru. Setelah berdiskusi tentang sastra, bulan April dikenal bulan Chairil Anwar. Dengan gembira mereka siap menerima tantangan saya, yaitu membaca satu puisi karya Chairil Anwar di rumah saja. Melalui video dikirim ke Instagram kelas. Sangat menggembirakan, ada yang dibuat lagu, diiringi gitar, asyik sekali. Murid diajak mengenal sastrawan beserta karyanya. Itulah praktik baik kegiatan yang bisa dilakukan disela-sela kejenuhan dalam pembelajaran jarak jauh.
Entah sampai kapan kegiatan ini berlangsung. Pastinya kita sebagai guru harus tetap menyemangati murid dan berkomunikasi dengan orang tua. Selain itu menciptakan pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan. Maka, guru tidak boleh menutup diri, belajar bersama untuk meningkatkan kompetensi. Jika semua guru satu visi, satu misi, maka Indonesia dipenuhi dengan kilauan generasi emas yang siap dengan masa depannya.