Arief Hanafi saat menjadi khatib Salat di lantai 4 Gedung J Nomor 412 Dayeh University bersama peserta Summer Camp 2025, Jumat (22/8/2025). (Naimul Hajar/smamda.sch.id) Arief Hanafi saat menjadi khatib Salat di lantai 4 Gedung J Nomor 412 Dayeh University bersama peserta Summer Camp 2025, Jumat (22/8/2025). (Naimul Hajar/smamda.sch.id)

Waka Kesiswaan Tekankan Nilai Perang Badar dalam Menahan Hawa Nafsu Saat Khutbah Jumat bagi Peserta Summer Camp 2025

Naimul Hajar | 25 Agustus 2025

Detail Berita:

SMAMDA.SCH.ID – Meneladani Perang Badar dalam Menahan Hawa Nafsu bukan hanya catatan sejarah kemenangan Islam, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam menjaga iman. Pesan inilah yang mengemuka di lantai 4 Gedung J, ruang nomor 412, saat Shalat Jumat bersama peserta Summer Camp 2025 SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jumat (22/8/2025). 
Jamaah memenuhi ruangan sederhana yang telah disiapkan dengan tertib. Bertindak sebagai imam adalah Nadhif Rasendriya Faith. Sementara muadzin diamanahkan kepada Achmad Rizki Maulana Irawan.

Arif Hanafi yang bertindak sebagai khotib menekankan pentingnya menjaga iman dengan berpegang pada tiga hal utama: istiqomah melalui ilmu, berada dalam komunitas yang baik, serta kesadaran akan risiko. Ia mengajak jamaah untuk merenungkan makna komitmen terhadap diri sendiri agar senantiasa istiqomah di jalan kebenaran. 
“Kita semua ingin menjadi orang yang istiqomah. Tapi istiqomah itu tidak cukup hanya dengan niat, harus dibarengi dengan ilmu. Ilmu yang benar akan membawa kita pada komunitas yang baik, dan komunitas yang baik akan menjaga kita dari keburukan,” ucap Arif di hadapan jamaah.

Komitmen
Ia menegaskan empat komitmen penting yang perlu ditanamkan dalam diri setiap muslim. Pertama, istiqomah dengan ilmu. Kedua, membangun komunitas yang baik. Ketiga, bertindak dengan penuh kesadaran risiko. Dan keempat, berkomitmen kepada diri sendiri untuk tetap berada di jalan yang diridai Allah.

Arif Hanafi juga menyinggung sejarah Perang Badar. Ia menjabarkan bahwa Perang Badar bukan hanya pertempuran fisik, tetapi juga simbol perjuangan menahan hawa nafsu. “Nabi dan para sahabat menghadapi musuh yang nyata, tapi kita sekarang menghadapi musuh yang tak kasat mata: hawa nafsu, malas, dan keinginan yang menjerumuskan,” jelasnya.

Pria yang menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Smamda Sidoarjo ini mengajak jamaah untuk menjadikan kisah Perang Badar sebagai pelajaran dalam menghadapi perang batin yang lebih besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu. “Kaum Muslimin menganggap Perang Badar sebagai kemenangan besar dan peristiwa yang sangat menentukan nasib mereka,” ucapnya.

Ia menambahkan ketika dalam perjalanan pulang dari Perang Badar, Rasulullah SAW menyebutnya sebagai jihad kecil. Pernyataan itu membuat para sahabat kaget dan bertanya-tanya karena mereka merasa Perang Badar sendiri sudah merupakan perjuangan yang berat. 

“Rasulullah SAW menjelaskan bahwa perang terbesar adalah perjuangan setiap manusia untuk melawan hawa nafsunya sendiri,” pungkasnya.


Editor    : Moh. Ernam

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo