Detail Berita:
Belajar bahasa Jepang belum lengkap tanpa belajar budaya dan kebiasaan pemilik bahasa ini. Keduanya menjadi satu paket yang menarik untuk dipelajari. Beberapa waktu lalu siswa SMAMDA mendapat kesempatan mengenal budaya Jepang (Bunka Shoukai) langsung dari Raku sensei (native speaker). Para siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias dimulai dari penjelasan tentang budaya yang akan dipelajari hingga actionnya. Kegiatan pengenalan budaya Jepang ini merupakan salah satu tujuan kedatangan Nihongo Patner di sekolah-sekolah. Harapan dari pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi dan daya tarik siswa belajar bahasa Jepang. Selain itu para siswa dapat mengambil pembelajaran dari hal-hal positif yang ada untuk diterapkan.
Shodou
Shodou merupakan seni kaligrafi dari kebudayan Jepang yang cukup kuno, namun masih dipertahankan. Shodou menjadi mata pelajaran yang harus dipelajari di sekolah-sekolah pada tingkat SD hingga SMA sebagai upaya pemerintah melestarikan Shodou. Raku sensei menjelaskan bahwa huruf Jepang (kanji) masuk ke Jepang pada tahun 285 dari Cina dan pada tahun 610 kertas dan tinta masuk ke Jepang. Pada awalnya Jepang hanya mengenal huruf kanji saja, kemudian dikembangkan huruf yang lebih sederhana dan menjadi ciri khas Jepang (Kanamoji) yaitu huruf Hiragana dan Katakana.
Dalam keindahan shodou terkandung beberapa aspek pembentukan karakter. Pertama, Penulisan huruf membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi. Karena shodou memiliki makna memaksimalkan dan menikmati hidup secara maksimal. Saat sudah mulai menorehkan tinta ke atas kertas, pastikan yang tertulis itu benar, karena tinta tidak bisa dihapus. Kedua, shodou dapat meningkatkan konsentrasi karena huruf yang dituliskan terdiri atas beberapa coretan yang berurutan. Ketiga, shodou dapat meningkatkan karakter harmonis. Posisi huruf pada pada kertas harus berada di tengah dan setiap coretan juga harus memiliki keseimbangan besar atau kecilnya, tebal atau tipisnnya goresan sehingga menghasilkan komposisi yang indah. Raku sensei menyampaikan, “Tidak harus bagus bagi para pemula yang penting dapat menjiwai tulisannya. Melalui tulisan dapat memperlihatkan karakter diri sendiri”. Pada akhir sesi praktik shodou siswa menyampaiakan kesan dan hal positif yang diperolehnya. Sebagian besar siswa memiliki kesan sulit tapi menyenangkan dan menjadi pengalaman yang sangat menarik.
Obento
Bila mendengar kata obento atau bento ingatan kita pasti tertuju pada nama salah gerai makanan yang menyajikan makanan Jepang. Obento atau bento adalah bekal khas Jepang yang berisi nasi dan lauk pauk dan ditata dengan bentuk-bentuk yang menarik. Apakah anda pernah membuat bekal dengan bentuk yang menarik?
Pada pertemuan pertama, Raku sensei memberi contoh beberapa bento dan menjelaskan sistem bento di sekolah-sekolah SMA Jepang. Pada umumnya siswa membawa bento ke sekolah yang dibuat oleh ibu di rumah. Ada sekolah yang mewajibkan siswanya membawa nasi dalam wadah yang dibungkus tas bekal, kemudian kantin sekolah akan menambahkan lauk pauknya. Yang menarik di setiap sekolah ada event hari bento (obento no hi). Pada event ini setiap siswa SMA membawa bento yang harus dibuat/dihias sendiri dengan tema yang manarik.
Dari beberapa contoh bento dan penjelasan yang di sampaikan Raku sensei, siswa diminta mengamati dan menyampaikan kesimpulan tentang ciri bento Jepang. Mereka menyampaikan bahwa bento Jepang bentuknya menarik, tertata rapi, berwarna, dan hal yang lebih penting mengandung gizi yang lengkap. Pada pertemuan pertama ini siswa berkelompok membuat sketsa gambar bento yang akan dibuat pada pertemuan selanjutnya. Menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi siswa mencoba membuat bento bertema dengan lauk yang bervariasi dan sehat.