Tsabita Rahma Maulida (topi biru) dan rekan-rekan wakil Indonesia saat mengikuti kegiatan di Sunburst Youth Camp (SYC) di Singapura (dok pribadi/smamda.sch.id) Tsabita Rahma Maulida (topi biru) dan rekan-rekan wakil Indonesia saat mengikuti kegiatan di Sunburst Youth Camp (SYC) di Singapura (dok pribadi/smamda.sch.id)

Menanam Mimpi Sejak Dini, Murid Smamda Menuai Prestasi di UNAIR

Suwidiyanti | 10 April 2025

Detail Berita:


SMAMDA.SCH.ID – Keyakinan adalah kompas, doa adalah bahan bakar, dan usaha adalah kendaraan menuju mimpi. Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi jika disertai keyakinan yang kuat, usaha yang tekun, dan doa yang tak pernah putus. Prinsip itulah yang mengantarkan Tsabita Rahma Maulida, murid kelas XII-1 SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, menembus seleksi nasional berbasis prestasi (SNBP) 2025 dan resmi menjadi mahasiswi baru jurusan Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR). Kampus impian yang telah ia tuliskan dalam hati sejak remaja.

“Alhamdulillah Tabarakallah, saya merasa sangat bahagia dan bersyukur. Psikologi adalah jurusan yang saya impikan sejak SMP, dan akhirnya Allah kabulkan,” ujar Tsabita dengan mata berbinar. Ia pun teringat ucapannya sendiri saat masih duduk di kelas X, "Saya akan siapkan SNBP sejak semester 1." Kini, semua dedikasi itu berbuah manis.

Ternyata, benih kecintaannya pada psikologi sudah tertanam sejak usia 13 tahun. Sebuah kelas yang dibawakan oleh seorang psikolog tentang kegiatan sosial menjadi titik baliknya. Ia tersentuh saat melihat dokumentasi anak-anak korban bencana yang mampu tersenyum kembali karena dampingan psikolog. Sejak itu, ia tahu: ia ingin berada di jalan itu—jalan yang menenangkan, menolong, dan memanusiakan manusia.

Bukan tanpa tantangan. Latar belakang keluarga besar Tsabila didominasi oleh disiplin ilmu MIPA—teknik dan kesehatan. Namun kedua orang tuanya yang berlatar belakang psikologi, justru memberikan ruang kebebasan yang sehat. “Kami hanya memberi syarat: pilihlah jurusan yang bermanfaat bagi sesama, sesuai dengan potensimu, dan bisa dipertanggungjawabkan. Dan dia memilih dengan hatinya,” ungkap sang ayah.

Menariknya, meskipun orang tuanya tidak pernah secara langsung mengarahkan ke psikologi, mereka kerap mengajak Tsabita berdiskusi soal pilihan hidup. Sang ayah bahkan sering melemparkan pertanyaan reflektif, “Kenapa kamu memilih Psikologi?” Bukan untuk menguji, tetapi untuk menumbuhkan keyakinan dan kesungguhan dalam pilihan.

Perjalanan akademiknya diwarnai aktivitas yang membangun karakter. Ia aktif di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah  (IPM) dan aktif ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Kegiatan ini melatihnya berpikir kritis, bekerjasama, dan mencintai proses. Ia juga aktif berkonsultasi dengan guru BK dalam menyusun strategi SNBP—awalnya ingin ke UGM, tapi akhirnya memilih UNAIR karena peluang yang lebih realistis.

Sosok inspiratif pun hadir dalam perjalanannya, yaitu Ibu Hera Wahyuni, dosen Psikologi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang pertama kali mengenalkannya pada konsep memanusiakan manusia. Kata-katanya masih terpatri hingga kini.

Sekarang, di hadapannya terbentang jalan baru: menjadi mahasiswi psikologi. Harapan dari orang tua pun sederhana, “Semoga Tsabita menjadi anak yang sholihah, penuh manfaat, dan berprestasi. Jadilah orang baik, yang membawa kebaikan dengan keahlianmu.”

Dalam dunia yang semakin kompleks, semangat dan ketulusan Tsabita menjadi pelita. Karena bagi Tsabita, menjadi psikolog bukan sekadar profesi—itu adalah cara untuk merawat sesama, dan memperkuat keyakinan bahwa setiap manusia pantas dimengerti, dicintai, dan disembuhkan.


Editor    : Moh. Ernam

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo