Detail Berita:
Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dan dilakukan oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia, sehingga mampu. melahirkan orang-orang terpelajar yang memiliki semangat tinggi, pemikiran yang kreatif, mandiri, inovatif. Tiga hal lingkupnya: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat.
Tidak terkecuali Universitas Muhammadiyah Malang (baca: UMM) yang merupakan perguruan tinggi Islam terbaik Internasional, juga mewujudkannya. Melalui Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), merangkul sekolah-sekolah Muhammadiyah, termasuk SMAMDA. Dengan menggandeng Majelis Dikdasmen PWM Jatim, beberapa sekolah sasaran diajak untuk berkolaborasi dalam peningkatan kualitas pembelajaran dengan upaya pendampingan terhadap para guru dan siswa, melalui kegiatan diskusi terpumpun dan penandatanganan kerja sama, Kamis (10/2/2022).
Bentuk kerja sama seperti inilah yang dibutuhkan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sangatlah membantu upaya percepatan dalam penguatan kualitas pedagogik guru Muhammadiyah. Para intelektual di UMM ikut berperan dalam hal tersebut.
Lima Poin Kerja Sama UMM-SMA Muhammadiyah (SMAMDA)
Kerja sama UMM dan SMAMDA merupakan jawaban dari diskusi terpumpun yang sebelumnya berlangsung. Ada pun lima poin kerja sama tersebut yang telah ditandatangani Dekan FKIP UMM, Dr. Trisakti Handayani dan kepala SMAMDA, Wigatiningsih, M.Pd. ialah:
(1) Pembinaan profesi guru melalui STEAM (Sains, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) berbasis lesson study
(2) Pendampingan guru inovatif berbasis pembelajaran digital
(3) Pendampingan guru reflektif berbasis TBLA (Transcript Based Lesson Analysis)
(4) Pendampingan guru kreatif dalam karya buku / modul pembelajaran serta publikasi
(5) Program kelas unggulan untuk siswa.
Diskusi Terpumpun: “Tantangan Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Pendidikan di Era VUCA”
Tiga materi dalam diskusi terpumpun yang berlangsung, membahas tentang berbagai tantangan yang dialami sekolah di era VUCA (Volatility, Uncertainity, Complexity, dan Ambiguity). Bertindak sebagai pemateri diskusi: Prof. Akhsanul In’am,Ph.D., Dr. Arbaiyah Yusuf, MA., dan Dr. Trisakti Handayani.
Pemateri pertama, Prof, In’am, mengulas tentang literasi digital di era masyarakat 5.0. Materi pertama ini berisi tentang kreativitas dan inovasi pembelajaran yang harus dibangun pada era masyarakat 5.0. Masyarakat era ini menyelesaikan masalah kehidupan dengan memanfaatkan inovasi di era revolusi industry 4.0., seperti Internet on Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan Big Data (BD). Oleh sebab itu, pembelajaran diarahkan untuk menguatkan literasi digital.
Selanjutnya, Dr. Arbaiyah sebagai pemateri kedua, membahas tentang Muhammadiyah Education: Future Challenge. Pada materi kedua inilah dibahas pemahaman tentang era VUCA, yaitu rate of change, unclear about the present, multiple key decision factors, dan lack of clarity about meaning of an event. Jadi era VUCA merupakan masa yang penuh dengan perubahan yang cepat, penuh dengan ketidakpastian, beberapa faktor menjadi kunci keputusan, dan kurangnya kejelasan tentang makna suatu peristiwa. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan Muhammadiyah harus utuh dan transformatif, sesuai konsep KH. Ahmad Dahlan.
Dr. Trisakti sebagai pemateri ketiga mengulik tentang implementasi kurikulum prototipe 2022 merupakan tantangan guru dan sekolah Muhammadiyah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sekolah memiliki kewenangan dalam kurikulum tersebut, yaitu membuat visi, misi, dan tujuan sekolah; merumuskan kebijakan sekolah terkait kurikulum, merancang pembelajaran dan formulasi asesmen. Kepala sekolah sebagai pengelola sekolah bertugas menyusun kurikulum operasional satuan pendidikan. Untuk guru, memiliki peran dapat mengubah mindset bahwa proses pendidikan berfokus pada siswa, sehingga pembelajaran pun perlu dirancang sesuai kebutuhan siswa