Ustadz Manachem Ali (kiri) saat menjadi pembicara Kajian Triwulan PCM Sidoarjo di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Sabtu (30/08/2025). (Muhammad Mauludy Falaakhy/smamda.sch.id) Ustadz Manachem Ali (kiri) saat menjadi pembicara Kajian Triwulan PCM Sidoarjo di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Sabtu (30/08/2025). (Muhammad Mauludy Falaakhy/smamda.sch.id)

Cara Mencetak Generasi Penerus yang Baik, Ikuti Jejak Nabi Ibrahim AS

Muhammad Mauludy Falaakhy | 04 September 2025

Detail Berita:

SMAMDA.SCH.ID - Kajian Triwulan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sidoarjo membawa tema “Sinergitas pegawai amal usaha Muhammadiyah untuk meningkatkan kualitas di bidang Pendidikan’’. Kajian ini diselenggarakan di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo dan diikuti oleh guru dan karyawan amal usaha Pendidikan Muhammadiyah se kecamatan sidoarjo, Sabtu (30/08/2025). Mulai dari TK Aisyiyah Bustanul atfhal 1 hingga 6, SD Muhammadiyah 1 dan 2, SMP Muhammadiyah 1 dan 10, dan serta SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. 

Kajian menghadirkan ustadz Menachem Ali, seorang pakar Filologi. Ia mengawali kajiannya dengan mengutip ash-Shaffat ayat 100, doa Nabi Ibrahim. "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh". “Kandungan dalam surat ini ada dua generasi, antara yang dididik dan pendidik, generasi senior dan junior,” ujarnya.
Konteksnya bisa anak biologis atau ideologis. Kalau anak ideologis tujuannya untuk mencetak generasi penerus yang baik. Motifasinya investasi akhirat, bukan motif dunia. Kadang menjadi guru motifnya salah, yang mengakibatkan jalannya bengkok. “Perbedaannya sangat tipis. Kalau motivasinya dunia, mencari gaji. Kalau motivasinya akhirat bagaimana memberikan ilmu lebih baik dari sebelumnya,” tambahnya.
Manachem menegaskan, kalau di Muhammadiyah menjadi guru punya tujuan besar, yakni gerakan intelektual. Para pendahulu Muhammadiyah itu para pemikir bangsa. “Bangsa Indonesia punya Sejarah besar dari tokoh-tokoh Muhammadiyah,” tegasnya.

Komunikasi Intim
Kemudian di ayat selanjutnya Ash-Shaffat ayat 102, kata pertama ‘fa lammâ’. Ada sesuatu yang bersifat psikologis, yakni cara komunikasi. Islam mengajarkan menggunakan komunikasi yang intim. “Kebanyakan di sekolah, komunikasi guru dengan murid sekarang hanya bersifat formalitas. Apalagi dengan adanya teknologi gadget yang merusak cara komunikasi yang intim,” papar Manachem.
Kalimat berikutnya pada ayat 102, ‘qâla yâ bunayya innî arâ fil-manâmi annî adzba?uka fandhur mâdzâ tarâ’. Artinya, “Sesungguhnya aku bermimpi menyembelihmu”. Kandungan dalam kalimat ini merupakan bahasa yang berat dengan konsekuensi yang berat. “Nabi Ibrahim menyampaikan kejujuran perintah Tuhannya. Dan beliau tidak otoriter dengan menanyakan pendapat anaknya,” urai Manachem. 
Sesuatu yang dibicarakan itu mengandung hasanah. Anaknya Nabi Ismail menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar”. “Di sinilah munculnya generasi penerus yang baik, pendidikan yang berhasil, cara mendidik yang benar, dengan al-Quran sebagai panduan,” timpal Manachem. 
Intinya ada tiga kata kunci yang menentukan kesuksesan pendidikan. Pertama komunikasi yang intim, kedua kejujuran, dan yang ketiga tidak otoriter.

Editor    : Moh. Ernam

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo