Murid Smamda Sidoarjo sedang outing class di kebun salak pak Harto, desa wisata Gabugan, Sleman, Jogjakarta, Selasa (04/02/2024). (Moh. Ernam/smamda.sch.id) Murid Smamda Sidoarjo sedang outing class di kebun salak pak Harto, desa wisata Gabugan, Sleman, Jogjakarta, Selasa (04/02/2024). (Moh. Ernam/smamda.sch.id)

Bertani Salak, Penghasilan Besar Kerja Santai

Moh. Ernam | 11 Februari 2025

Detail Berita:


SMAMDA.SCH.ID – Potensi Desa Wisata Gabugan, dusun Gabugan, Sleman Jogjakarta sungguh luar biasa. Selain pertanian padi, cabe, jambu kristal, potensi besar justru pada pertanian salak. Banyak kebun salak di seluruh desa. Ini pengalaman murid SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo ketika outing class ke desa tersebut, Senin (03/02/2025).
“Di sini ada tiga jenis salak yang dikembangkan. Salak pondoh, salak madu, dan salak gading,” ujar pak Harto.
Pemilik kebun salak ini menjelaskan bahwa salak madu dan salak pondoh menjadi andalan Kabupaten Sleman. Salak jenis ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Namun demikian desa Gabugan memiliki salak unggulan yang menjadi ikonik desa Gabugan, yaitu salak gading. “Salak ini tumbuhnya dari Desa Gabugan ini. Makanya di perempatan desa ada tugu salak. Itu tugu salak gading,” tambah pak Harto.
Salak gading ini berbeda dengan salak pondoh atau salak madu. Kalua salak madu dan salak pondoh kulitnya berwarna coklat, salak gading berwarna gading. Sedangkan rasanya, salak madu dan salak pondoh manis dan agak keras. Sementara salak gading agak kesat dan bertekstur lembut. “Tapi kalau ada acara ulang tahun rumah sakit atau kegiatan pemerintahan yang dicari salak gading. Padahal rasanya agak sepet,” lanjut pak Harto.

Budidaya dengan Mencangkok
Mungkin terdengar aneh, budidaya salak dilakukan dengan cara mencangkok. Bersebab salak merupakan tumbuhan monokotil seperti pinang, kelapa, atau palm yang tidak bisa dicangkok. “Dulu sangat sulit menanam salak. Hasil pemisahan dari induknya banyak yang mati. Sampai akhirnya kami diajari budidaya dengan mencangkok,” papar pak Harto.
Proses mencangkok ini hampir mirip dengan mencangkok mangga, tapi bukan pada batang, melainkan pada tunas. Tunas yang muncul di batang maupun akar salak kemudian dibungkus dengan botol air mineral, lalu diberi tanah dan pupuk. “Kalau akarnya sudah besar baru kami tanam. Menggunakan Teknik ini, hampir 100% budidaya berhasil dan lebih cepat,” urai pak Harto.

Penyerbukan Bantuan
Masalah lain yang harus diperhatikan adalah proses penyerbukan. Pada salak penyerbukan dilakukan dengan bantuan manusia. Bunga salak jantan dimasukkan ke bunga salak betina. “Kalau sudah dimasukkan kembang salak jantan ke kembang salak betina, biasanya 90% jadi buah. Kalau dibiarkan penyerbukan sendiri kemungkinan berbuahnya 50%,” tambah pak Harto.
Oleh karena itu, walaupun salak jantan tidak berbuah, dalam satu kebun harus tetap memelihara salak jantan. Masalah muncul jika proses berbunga salak jantan tidak bersamaan dengan bunga salak betina. “Kami diajari oleh Dinas Pertanian. Serbuk bunga jantan dimasukkan botol, kemudian ditaburkan ke bunga betina saat sudah berkembang. Bunga jantan tetap bisa untuk penyerbukan,” lanjut pak Harto.
Lalu berapa penghasilan pak Harto untuk kebun salak sekitar setengah hektar? Salak biasanya panen setiap enam bulan. Dua kali setahun, antara bulan Juni dan Desember. Hasil panen raya sekitar empat ton dengan harga Rp6.000/kg. “Itu belum termasuk sebelum dan sesudah panen raya. Biasanya ada buah yang matang lebih dulu atau belum matang saat panen raya. Ini sebagai berkah tambahan,” pungkas pak Harto tersenyum lebar.


Editor    : Muhammad Mauludy Falaakhy

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo