Detail literasi:
Penyebaran wabah virus Corona-19 (COVID-19) membawa dampak yang luar biasa dalam sirkulasi kehidupan. Perubahan yang tiba-tiba selain akibat revolusi Industri 4.0, juga akibat dari pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia. Tak terkecuali Indonesia. Salah satunya adalah dampak yang luar biasa di dunia pendidikan. Masa Pandemi COVID-19 sungguh mendorong inovasi yang selama ini mungkin tidak terbayangkan. Menurut sebuah studi masa 3 bulan ini (Maret-Juni 2020), telah mendorong kemajuan sejauh 3 tahun. Bahkan sebenarnya mungkin lebih untuk Indonesia, dimana penerapan kecerdasan artificial, virtual learning sungguh terwujud. Bagaimana inovasi bisa terbentuk dan menjadi kenyataan salah satunya adalah karena ada tekanan, keterpaksaan dan akhirnya menjadi kebiasaan.
Kecerdasan artificial, virtual learning, sebagian besar terjadi di dunia industri, sektor ekonomi dan bidang kesehatan atau kedokteran. Semua berinovasi agar bagaimana sektor industri tidak berhenti total dan perekonomian tetap lancar. Muncullah pemasaran online, perdagangan online, transaksi online, dan pengiriman barang secara cepat. Bidang kesehatan dan kedokteran juga berinovasi memberikan layanan kesehatan yang aman melalui teknologi informasi karena harus menerapkan social distancing dan physical distancing, untuk menghindari penyebaran COVID-19.
Bidang pendidikan juga mengharuskan pelaksanaan pembelajaran dari rumah atau istilah barunya adalah pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan cara luring (luar jaringan) maupun daring (dalam jaringan). Memang dari awal banyak sekali kendala yang dialami. Kedua cara tersebut sama-sama memiliki kelemahan.
Untuk tingkat SMA, saat pembelajaran dengan cara luring kendalanya terletak di jarak tempuh alamat peserta didik dengan sekolah. Ketika harus menggunakan modul atau penugasan dan kunjungan kepada peserta didik, alamat satu siswa dengan yang lainnya berjauhan sehingga tidak efektif dari sisi pelaksanaan dan tidak efisien dari sisi waktu.
Untuk melaksanakan pembelajaran dengan cara daring, kendalanya ada bermacam-macam. Diantaranya adalah SDM, fasilitas, sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Dari sumber daya manusia misalnya, ada keterbatasan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan e_learning; menggunakan aplikasi teknologi informasi, penguasaan penggunaan fasilitas handphone atau laptop; ketersediaan tenaga IT, dan sejenisnya. Bidang fasilitas, terletak pada tidak tersedianya jaringan internet; server sekolah, dan sejenisnya. Bidang sarana dan prasarana, misalnya tidak tersedianya perangkat komputer, dan kelengkapan lainnya.
Sejak pertengahan Maret 2020, saat Kementerian Pendidikan memberlakukan kebijakan pelaksanaan PBM dengan cara BDR (belajar dan bekerja dari rumah), terjadilah perubahan yang luar biasa. Semua satuan pendidikan berkoordinasi dengan guru untuk menyukseskan metode belajar dari rumah dan bekerja dari rumah. Ada yang menggunakan metode luring atau luar jaringan ada pula yang daring atau dalam jaringan. Tak terkecuali di SMAMDA Sidoarjo. Banyak juga satuan pendidikan yang mengombinasikan keduanya atau istilahnya Blended Learning.
Guru SMAMDA selama ini melaksanakan pembelajaran tatap muka seperti guru pada umumnya dengan menyesuaikan situasi dan kondisi serta lingkungan sekolah. Di masa pandemi ini guru harus menyiapkan metode belajar yang pelaksanaannya tidak berhadapan langsung dengan siswa. Maka di situlah muncul kreativitas baru, inovasi dan ide-ide. Semua itulah yang bisa melancarkan proses belajar mengajar jarak jauh itu. Guru menggunakan banyak media daring, mulai Whats App, Google meet, Google Classroom, Zoom, Ruang Guru, Edu MU, dan lain-lain.
Semua yang dilakukan guru itu demi memenuhi target pembelajaran dan disiapkan sesuai kemampuan. Dari sisi kreativitas, sekolah memberi apresiasi yang luar biasa kepada para guru. Selama sekitar tiga bulan siswa bisa belajar walaupun dari sisi ketuntasan mungkin tidak terpenuhi. Hal tersebut sangat dipahami karena ada banyak faktor yang mengakibatkan pembelajaran tidak memenuhi standar ketuntasan.
Sekolah tentu melakukan evaluasi demi perbaikan kualitas pembelajaran karena pembelajaran jarak jauh tersebut masih berlangsung lama. Sampai saat ini pandemi COVID-19 belum ada tanda-tanda segera berakhir. Maka dilakukanlah perbaikan pembelajaran. Selama ini PBM daring tidak semua terecord karena belum masuk sistem sekolah. semua metode itu masih kreativitas masing-masing guru. Dari evaluasi tersebut, diputuskan pembelajaran jarak jauh dengan cara daring dengan menggunakan sistem informasi sekolah.
Tahun ajaran baru ini, sekolah menyamakan metode pembelajaran daringnya. Dengan fasilitas yang disediakan, guru dan peserta didik memperoleh kemudahan mengakses pembelajaran setiap hari. Dengan kemudahan layanan itu membuat peserta didik menjadi senang dan termotivasi mengikuti pembelajaran jarak jauh setiap hari. Orang tua juga dengan mudah bisa melakukan pendampingan dan kontrol terhadap putra-putinya. Demikian juga mereka bisa melakukan pengawasan dan memberi masukan kepada sekolah.
Sesuai jadwal yang sudah diatur sekolah, guru melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Sekolah memutuskan platform yang tersistem yang harus digunakan oleh guru. Guru menggunakan metode daring menggunakan aplikasi teleconference untuk tatap muka virtual. Setelah tatap muka virtual, guru menggunakan aplikasi Moodle untuk mengakses materi ajar, evaluasi, tanya jawab via chat, presensi, penilaian, dll. Kedua media tersebut, tersistem di e_learning SMAMDA Sidoarjo.
Konsekuensi logis dari PJJ metode daring, sekolah memberi fasilitas untuk mengakses pembelajaran virtual dengan mengisi paket data internet pada tiap nomor HP guru dan peserta didik. Bekerja sama dengan beberapa provider, sekolah memastikan peserta didik dan guru bisa mengikuti pembelajaran daring.
Euforia pembelajaran daring ini tidak hanya dialami oleh guru dan peserta didik. Euforia juga dialami oleh para orang tua atau wali peserta didik. Mereka melakukan hal yang di luar kebiasaan (out of the box). Siswa yang biasanya berangkat sekolah harus belajar dari rumah namun berseragam sekolah. Duduk di kursi rumah berhadapan dengan laptop atau gawai. Guru yang biasanya bertemu, menyapa, menyampaikan materi dengan lantang di depan peserta didik tiba-tiba mengubah cara mengajarnya. Guru menghadap laptop atau gawai berkomunikasi dengan tidak seperti ketika bertatap muka secara langsung. Guru harus cepat dan terampil menjawab pertanyaan menjelaskan kepada peserta didik dengan cara mengetik di gawai atau laptop, dengan aplikasi moodle. Orang tua yang mendapati putra-putrinya mengalami kesulitan belajar atau kesulitan akses internet terkait dengan daring juga tidak kalah serunya. Ada yang telpon ke guru, WA wali kelas, curhat di grup wali siswa, dan lain-lain. Semua menginginkan PJJ berjalan lancar tanpa menganggu aktivitas orang tua yang tidak semua bisa mendampingi putra-putrinya di rumah.
Ada nilai positif dari pembelajaran daring tersebut. Setiap hari sesuai jam mengajar, guru menyapa siswa dengan cek kehadiran PJJ daring baik melalui Zoom maupun Moodle. Dengan begitu jika ada peserta didik yang absen, ada keterlibatan orang tua menyampaikan ketidakhadiran peserta didik dalam daring kepada guru pengajar, misalnya sedang sakit, keperluan keluarga yang tidak memungkinkan mengikuti PJJ, dan lain-lain. Sebaliknya, guru juga selalu hadir memberi PJJ karena sudah ditunggu peserta didik di tempat masing-masing, kecuali atas alasan yang syar’i. Guru juga selalu berusaha memberikan materi dengan penyampaian yang berbeda setiap PJJ daring.
Sisi positif yang lain adalah, saat tidak ada tatap muka untuk sebagian peserta didik yang mempunyai sifat pemalu, bisa lebih kreatif. Mereka lebih percaya diri dalam membuat karya, yang ditugaskan oleh guru. Hal ini juga sangat penting untuk diapresiasi oleh guru.
Selain hal di atas, keterlibatan dan keseruan orang tua juga bisa dilihat dari komunikasi antara wali peserta didik dengan wali kelas di grup WA. Bermacam perntanyaan, usul, masukan, dan sejenisnya yang semuanya itu adalah sebagai ekspresi demi suksesnya PJJ.
PJJ daring SMAMDA juga tetap memberikan pendidikan karakter pada peserta didik. Untuk menumbuhkan karakter religius atau islami, guru memastikan peserta didik sudah hadir secara virtual sesuai jam belajar, berdoa bersama sebelum mulai belajar; membaca Alquran surat pendek. Karakter disiplin diberikan dengan cara, saat proses belajar setiap guru dan peserta didik harus berseragam sekolah, komunikasi dengan sopan santun, menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu. Menumbuhkan karakter gotong-royong, salah satu caranya adalah guru mengajak diskusi atau pemecahan masalah melalui Zoom, dan seterusnya.
Dampak lain yang ditimbulkan dari PJJ ini adalah sebagaimana yang disampaikan oleh peserta didik. Salah satunya menyampaikan testimoni ketika dimintai pendapat atas terlaksananya PJJ akibat dari pandemi COVID-19. Berikut ini adalah testimoni peserta didik yang mengalami PJJ daring;
“ Menurut saya belajar jarak jauh seperti ini kurang mengenakkan, serta dikarenakan kami tidak bisa menyerap langsung ilmu dari guru seperti tatap muka. Dan dibebankan banyak tugas yang terkadang kami belum paham walau sudah dijelaskan, membuat kami memilih untuk mencari bantuan di internet. Belum lagi ada kendala lain yang mengganggu penyampaian materi seperti sinyal yang kurang mendukung sehingga layar buram. Ada juga masalah dengan server, dll. Namun di sisi lain kami juga bersyukur karena ada sistem belajar online sehingga kami bisa tetap belajar. Kami juga bisa menjaga silaturrahmi walau sebatas monitor saja. Dan kami yakin sekolah dan stafnya juga sudah berusaha sekeras mungkin agar kami tetap bisa maksimal belajar di tengah pandemi COVID – 19 ini.”
Berikut ini adalah testimoni dari salah seorang guru:
“Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memberikan dampak tidak hanya dari sisi pelaku/ praktisi pendidikan tapi juga dari segi metode pembelajaran yang digunakan. Guru dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Penggunaan media daring dirasa sebagai cara terbaik di tengah pandemi COVID saat ini. Namun berbagai kendala dihadapi melalui PJJ. Mayoritas permasalahan tersebut adalah penggunaan kuota yang cukup besar dan stabilitas jaringan internet. Selain itu, secara psikis, siswa tentu merindukan eksistensi guru dan teman sejawatnya dalam menambah ilmu. Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk bisa selalu saling menyemangati serta mengambil hikmah di tengah pandemi COVID - 19 ini. Semua harus saling membantu di tengah polemik ini.”
Dengan adanya kerja sama yang baik antara orang tua, peserta didik, guru, dan sekolah sebagai lembaga yang menaungi, PJJ bisa dilakukan dengan tidak mengurangi makna pembelajaran sebagaimana mestinya. Pembelajaran juga bisa disajikan dengan tetap mengutamakan kualitas.
Terasa atau tidak, pandemi yang membawa efek PJJ ini sudah berjalan satu tahun. Tentu banyak sekali cerita yang ada di setiap insan sekaligus praktisi pendidikan. Secara tidak langsung menjawab bahwa kita sesungguhnya sudah melaksanakan era 4.0. semua kita laksanakan secara tiba, setiap saat, dan di luar dugaan kita.
Semoga pandemi COVID - 19 segera berakhir dan proses pendidikan bisa dilaksanakan secara normal sebagaimana biasa. Dalam proses pendidikan, ada pembelajaran yang sebagian tidak bisa diwakili dengan cara daring dan kemajuan teknologi, tetapi harus dilakukan dengan cara tatap muka dan komunikasi langsung. Pendekatan psikologis dan sosial, serta sentuhan-sentuhan emosi antara guru dan peserta didik saat belajar tatap muka menjadi salah satu faktor keberhasilan peserta didik.