ARGUMENTASI PENUH ESENSI

Chasiliriza Nufiansyah Yanuri, S.Pd. | 22 Februari 2024

Detail literasi:

Negara kita dibentuk dengan serangkaian argumentasi yang penuh dengan esensi dari para founding person. Dialog-dialog ilmiah mewarnai sejarah bangsa kita. Bahkan dunia pun mengakui para intelektual kita. Tidak heran dalam kurikulum merdeka saat ini, salah satu profil pelajar Pancasila yang didengungkan adalah bernalar kritis.

Nalar kritis sangat dibutuhkan di era digital ini karena kita harus semakin jeli untuk memilah dan memilih setumpuk informasi yang membanjiri media sosial kita. Hoax rutin menjadi sarapan pagi kita. Hoax muncul karena kemampuan nalar kiritis kita sangat kurang. Kita tidak pernah meneliti kembali informasi yang kita peroleh. Hanya bermodalkan membaca judul saja, seolah kita sudah mengetahui seluruh isi wacana yang kita peroleh.

Kemampuan berargumentasi secara kritis bukan berarti kita menjadi manusia ngeyel. Kemampuan berargumentasi mampu menambah pemahaman kita secara mendalam terhadap suatu gagasan. Jika kita memiliki kemampuan argumentasi yang memadai maka kita tidak akan terburu-buru percaya kepada suatu gagasan. Kita akan berusaha menganalisis dan mencari referensi alternatif. Sehingga pemahaman kita tentang suatu masalah semakin mendalam.

Salah satu materi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI yaitu menulis teks argumentasi. Adapun struktur teks argumentasi terdiri atas argument, reason, evidence, dan linkback (AREL).

Argument merupakan pendapat pribadi penulis tentang suatu masalah. Pendapat tersebut harus tegas. Tidak boleh berada di daerah abu-abu. Reason merupakan alasan yang memperkuat argumentasi yang disampaikan sebelumnya. Alasan yang diberikan tentu harus logis dan bebas dari logical fallacy (kesalahan bernalar). Namun tidak cukup sampai di sini. Teks argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca. Sehingga pembaca meyakini dan menyetujui pendapat penulis. Oleh karena itu membutuhkan evidence. Evidence merupukan bukti yang memperkuat alasan yang disampaikan. Bukti yang dimaksud dapat berupa hasil penelitian orang lain yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi, hasil survei atau poling, pendapat ahli, dan teks berita. Melalui evidence itulah sebuah argumentasi memiliki esensi yang tinggi. Argumentasi tanpa bukti hanya akan menjadi pepesan kosong. Evidence yang digunakan tentu harus ilmiah. Artinya, sudah teruji dengan metode ilmiah yang didasarkan pada struktur keilmuan.

Hal yang sering kita temukan di masyarakat adalah hanya argumentasi yang penuh tendensi dan sensasi. Prasangka dan asumsi menjadi pelengkapnya. Sehingga argumentasi yang disampaikan kosong tanpa esensi dan tidak bergizi. Logical fallacy, terutama argumentum ad hominem, yaitu argumentasi yang menyerang pribadi, menjadi senjata utama yang digunakan ketika tidak mampu bernalar secara kritis.

Penutup dari teks argumentasi adalah linkback yang bisa kita sederhanakan dengan istilah kesimpulan. Pengambilan kesimpulan juga ada tata caranya. Salah satu metode pengambilan kesimpulan adalah silogisme. Silogisme seharusnya diajarkan sejak dini sehingga manusia Indonesia menjadi manusia yang mampu bernalar secara kritis dan terstruktur.

Namun pembelajaran kemampuan berargumentasi secara kritis menemukan tantangan terbesarnya yaitu sistem moral. Pandangan yang menyatakan bahwa berargumen secara kritis merupakan bentuk ketidaksantunan menjadi penghalang kegiatan pembelajaran ini. Menyampaikan kritik sama dengan menghina. Kesopansantunan sebenarnya berkaitan dengan gerak tubuh seseorang. Jika gagasan harus disopansantunkan maka itu adalah sebuah kemunafikan.   

Berita Lain Semua Berita

Literasi GTK Semua Literasi

Copyright © 2023 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo