Detail literasi:
Pernahkah kita merasa pikiran kita semakin lama semakin tumpul? Pikiran kita tidak setajam dulu. Fokus dan konsentrasi kita gampang buyar dan tidak bisa bertaham lama? Kita menjadi susah berpikir jernih. Atau, pernahkah kita pada saat rapat, pengajian, ataupun pelajaran di kelas, tangan kita secara otomatis tergerak untuk mengambil HP, lalu secara tidak sadar langsung membuka dan scrolling-scrolling di sosmed kita, padahal kita tahu bahwa itu bukanlah saat yang pas untuk melakukan hal tersebut? Jika kita pernah merasakan hal tersebut ada pada diri kita, bisa jadi kita sedang mengalami fenomena brainrot.
Lalu sebenarnya apa yang dimaksud dengan brainrot? Brainrot adalah kondisi otak secara perlahan kehilangan kemampuan untuk berpikir secara mendalam dan kritis. Brainrot ini bukanlah penyakit medis melainkan sebuh fenomena psikologis dan sosial yang terjadi karena dopamine overload, atau banjir dokumen di otak, konsumsi video berdurasi pendek, atau informasi buruk dan nggak penting sehingga otak kita terbiasa dengan konten berdurasi pendek yang membuat fokus kita juga menjadi pendek.
Lalu apa dampaknya bagi kita? Berbahaya kah? Ya, tentunya berbahaya, dan berikut adalah beberapa dampak yang dapat muncul karena brainrot.Menghancurkan fokus dan konsentrasi.
Ini contohnya, misal kita lagi rapat, pembelajaran, atau seminar, atau mendengarkan sosialisasi, tiba-tiba kita secara nggak sadar mengeluarkan hp dan malah scrolling bermenit-menit bahkan berjam-jam padahal niatnya hanya istirahat sebentar, yang mana efeknya otak kita nggak bisa masuk mode fokus yang dalam karena setiap beberapa menit, otak dan tangan kita seperti gatal ingin scrolling-scrolling lagi. Akibatnya kita nggak bisa fokus dan nggak bisa mikir panjang, jadinya kita nggak paham dengan kegiatan utama yang seharusnya kita jalankan.
1. Merusak kemampuan berfikir kritis
Brainrot membuat kita kecanduan dengan hal-hal yang gampang dicerna. Kita jadi malas untuk berpikir. Kenyataannya memang beberapa tahun terakhir, para content creator berlomba menyajikan konten berdurasi pendek yang mudah dicerna dan menghibur orang yang melihatnya.
2. Membunuh kreativitas dan ambisi
Bagaimana brainrot ini bisa membunuh kreativitas dan ambisi? Caranya yaitu dengan tidak memberikan kita ruang untuk berpikir buat diri kita sendiri, karena setiap ada waktu luang kita malah kita isi dengan scrolling secara terus-menerus, dan ketika kita sudah berhenti, otak sudah capek dan juga malas buat berpikir yang berat, dan pastinya tambah malas buat ngelakukan aktivitas yang lain karena otak kita sudah kenyang dopamine dari scrolling ketimbang dari aktivitas lain. Jadi aktivitas yang membangun dan membuat diri kita berkembang seperti membaca buku, sudah tidak lagi menarik bagi kita. Begitu juga dengan ambisi dan impian kita yang lainnya seperti membangun sebuah bisnis, menjadi profesional di suatu bidang, sudah tidak ada lagi waktu untuk memikirkannya.
3. Meningkatkan kecemasan dan depresi
Kita semua tau bahwa sosial media memang sangat mudah untuk membuat kita membandingkan diri kita dengan orang lain, melihat pencapaian dan kesuksesan orang lain, melihat standar kebahagiaan orang lain, yang akhirnya membuat standar kebahagiaan kita juga berubah lebih tinggi dibandingkan realita kehidupan kita. Dan ketika kita sadar bahwa kita sedang berada di bawah standart kebahagiaan itu, kita menjadi cemas bahkan berpotensi menjadi depresi.
Dari beberapa dampak brairot tersebut, lalu bagaimana langkah kita untuk keluar atau terhindar dari brainrot?
1. Bersihkan algoritma sosial media
Algoritma inilah yang membuat kita ketagihan scrolling lewat konten yang kita suka. Mereka bisa mempelajari video atau konten apa yang sering kita akses dan kita sukai. Mereka akan lebih banyak menyajikan konten lain yang kita sukai dengan akurat melalui database mereka. Nah bagaimana mengatasinya? Yaitu dengan menekan tidak suka atau tidak tertarik untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Atau juga bisa reset preferensi konten, lalu klik suka untuk konten yang benar-benar bermanfaat dan mengisi otak kita dengan pengetahuan.
2. Melatih otak untuk bisa fokus lagi
Brainrot membuat otak kita rusak karena terbiasa mengkonsumsi video berdurasi pendek dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya kita susah fokus dan berpikir. Nah kita bisa melatihnya kembali dengan sesuatu yang bisa membuat fokus, seperti memaksakan membaca buku, meditasi, melihat konten yang menambah pengetahuan, mengikuti seminar dan pelatihan, dan lain-lain. Pokoknya latih kembali fokus kita dengan kegiatan positif yang membutuhkan fokus.
3. Membatasi pengunaan sosial media
Kita harus tegas membuat aturan pembatasan waktu dan durasi penggunaan sosial media kita. Misalnya kita membatasi hanya boleh mengakses sosial media pada pukul 20.00–21.00 dengan durasi tidak lebih dari 20 menit dalam sehari.
4. Investasi waktu untuk pengembangan diri
Setelah kita membatasi jam penggunaan sosial media, seharusnya akan banyak waktu luang yang awalnya kita gunakan untuk bermain sosial media, sekarang kita alihkan untuk pengembangan diri kita, misalnya dengan belajar bahasa Inggris dengan memanfaatkan AI, belajar tentang bisnis di bidang yang kita sukai, memperdalam ilmu agama kita, ataupun kegiatan-kegiatan lain bermanfaat dan membuat diri kita berkembang.
Oleh karena itu, bijaklah menggunakan teknologi. Hindarilah suatu hal yang membawa kemunduran untuk diri kita, karena sesungguhnya teknologi adalah suatu alat untuk kemajuan, bukan untuk kemunduran.