Detail literasi:
Aku persiapkan semuanya dengan baik. Aku ingin semua berjalan dengan kesan. Pemesanan tiket kereta api, penginapan, menyiapkan properti anakku seperti jas, sepatu, dasi dan celana pinjam dari teman,. Bahkan buket bunga dari beng-beng, top, dan chocolatos sudah dipesan. Walaupun hanya minta bantuan tenaga tetangga agar gratis. Pake emoticon senyum hehehe
Lalu baju. Semua baju di lemari dicoba. Dicocokkan. Agar nanti di acara tidak aneh sendiri. Seperti kijang masuk kota. Gak aku banget gitu...
Sepatu juga begitu. Gak punya sepatu baru. Ada sepatu fantovel pemberian temen, masih bagus dan enak. Tapi kesannya terlalu formal. Ya gak aku bangett, yang biasa urakan karena sering kemah dengan sepatu sembarangan yang penting enak dipakai.
Mataku tertuju pada sepatu booth rendah. Sepatu ini bagus, pemberian adikku. Pernah aku cek di google. Harganya 3,5 juta. Ini bukan wah tapi waow...
Hanya saja sepatu ini jebol gara-gara dipakai sa'i di Singapura. Entah kenapa waktu ikut Smamda lawatan budaya ke Malaysia dan Singapura harus ada sesi sa'i, lari-lari kecil dari imigrasi Singapura ke bis. Akhirnya sepatu kebanggaan itu mengap. Menganga. Untung masih bisa dibawa pulang.
Walaupun tak tega, sepatu ini kumasukkan kresek. Kubawa ke tukang sol sepatu. Beres. Hanya perlu bayar 20 ribu. Disemir, mulus lagi. Kuat.
Hari keberangkatan tiba. Jum'at, 23 Mei 2025 pukul 12.48 kereta Sri Tanjung akan membawa aku dan bu nyonya ke Jogja. Dari stasiun Sidoarjo ke stasiun Lempuyangan Jogja. Aku sampai rela tidak sholat Jum'at karena mushola stasiun Sidoarjo tidak menggelar sholat Jumat. Jadilah menghibur hati dengan alasan, musafir.
Perjalanan kereta
Ini perjalanan yang menyenangkan. Kereta Sri Tanjung termasuk bertarif murah. Hanya 88 ribu rupiah sudah sampai di Jogja. Hanya saja posisi duduknya 2-3 dan berhadap-hadapan. Satu deret berjalan maju, satunya berjalan mundur. Berbeda dengan kereta ekonomi Blambangan Ekspres yang sudah menghadap ke depan semua dan satu-satu.
Namun demikian aku berusaha menikmati perjalanan. Mengobrol dengan penumpang lain tentang apa saja. Topik sekenanya.
Hal lain yang membuat kurang enak di kereta Sri Tanjung adalah mushola. Biasanya di kereta makan ada mushola, tetapi aku cari gak ada mushola. Mau sholat di tempat duduk juga susah karena di depanku ada penumpang lain.
Bersabar selama 5 jam. Buat nyaman perjalanan dengan membaca, mengedit berita, menonton, juga murojaah. Mengikuti Misyhari Rasyid membaca surat Ali Imron 102-108.
Ahh Jogja, akhirnya aku sampai di kota istimewa ini. Pesan GoCar, cus ke hotel, tidur. Eh belum ding. Panggil anak lanang, menyerahkan segala properti. Baru tidur.
*Pelepasan Kader Purna*
Inilah acara yang aku tuju. Pelepasan kader purna kelas VI Muallimin Muhammadiyah Jogjakarta, Sabtu (24/05/2025). Anak lanangku enam tahun menimba ilmu di sini. Sekarang Muallimin akan menyerahkan kembali kepada orang tua.
Sejak subuh aku dan bu nyonya sudah bersiap. Mengenakan baju dan sepatu tebaik yang sudah disiapkan. Pukul 06:20 sudah harus masuk Sportorium UMY.
Acara pelepasan ini dikemas dengan luar biasa. Kader Purna tingkat VI masuk dikawal pasukan tonti Muallimin yang mengenakan uniform hitam baret merah. Tegap dan gagah. Diiringi genderang drum band Muallimin dengan uniform pasukan drum band keraton Yogyakarta.
Penyambutnya luar biasa. Mulai direktur Muallimin, ustadz Ali Audah, Ketua BPH Muallimin Muallimat, Haji Khoirudin Bashori. Bahkan para kader juga mendapat motivasi dari ketua MPR RI Haji Muzani. Dan puncaknya para kader mendapat amanat langsung dari ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Muhadjir Effendi.
Acara penuh gebyar akhirnya usai. Aku menunggu-nunggu waktu foto dengan anakku. Maklum, terlalu banyak penggemar yang minta foto. Aku dan ibunya duduk di kursi sambil senyum-senyum. Antara bangga dan sedih. Bangga melihat anakku begitu banyak teman-temannya. Menandakan ia pandai bergaul. Namun juga sedih karena berarti anakku sudah milik orang lain. Aku sudah harus siap melepasnya. Ia sudah memiliki pergaulan yang luas.
Dalam senyum aku teringat penyair kebanggaanku, Kahlil Gibran -Anakmu Bukanlah Anakmu.
---
ANAKMU bukanlah anakmu
Mereka putera-puteri Kehidupan yang damba kehidupan itu sendiri
Mereka datang melaluimu namun bukan darimu
Dan meski mereka bersamamu, mereka bukan milikmu
Kau boleh memberi mereka cinta tapi bukan pikiranmu
Sebab mereka memiliki pikiran sendiri
Kau bisa memberi tempat bagi raga tapi tidak bagi jiwa mereka
Sebab jiwa mereka hidup di rumah esok yang takkan mampu kau singgahi sekalipun dalam mimpi
Kau boleh berikhtiar untuk menjadi diri mereka namun jangan pernah berupaya menjadikan mereka seperti dirimu
Sebab hidup tak berjalan mundur atau teronggok di masa silam
Kau adalah busur yang melesatkan anak-anakmu, sebagai anak panah kehidupan yang meluncur ke masa depan
Lengkung busur itu mencari tanda di atas jalan lurus yang tak berujung, dan Dia melengkungkanmu dengan dayaNya agar panah-panahNya melesat cepat dan jauh
Berlengkunglah dengan riang bersama lengan busur itu
Sebab Dia bukan hanya mencintai anak panah yang melesat, tapi juga sang busur yang diam
---
Akulah kini busur yang diam. Semoga masih bisa melengkung, dan melesatkan anak panah jauh ke masa depan.
Saat anakku kembali, aku mengajaknya berfoto. Juga bersama bu nyonya.
Panahku, melesatlah! Melesatlah jauh melampaui masa depan. Dengan lengkungku, dengan doaku!
Sri Tanjung, 25/05/2025